Senin, 13 Januari 2014

KEPO with Qur'an Hadith

KEPO ...??? Makhluk apa itu ..? Atau semacam pisang yang enak digoreng itu lhoo pisang KEPO ...??? ( hehe ... itu pisang KEPOK, lurr ... ). KEPO itu bukannya kata lain dari nyesel yaa ..?? ( Itu KAPOK, luuur ...)
KEPO itu singkatan bahasa Inggris Knowing Every Particular Object ( KEPO ) yang artinya tauuu banget hal yang paling biasa sampe yang luarbiasa dari rahasia umum sampai top secret dari sesuatu apapun itu, manusia, benda, makhluk atau kegiatan. Hyaah benar sekali seperti wartawan PAPARAZII yang selalu membontot artis yang sedang paling populer mulai dari hobbbynya sampai flu aja bisa jadi TT ( trending topic ) twitter atau sosmed yang lain, muncul di TV ditayangkan di acara Infotainment sehari 3 kali (udah kayak minum obat aja.... HEHE).
Iyaapz seperti itulah KEPO. Nah, zaman Nabi udah ada tuh wartawan infotainment PAPARAZZI gitu hanya saja bukan diabadikan dalam bentuk pesan multimedia macam sekarang. Kalo kalian memang Kepo-ers Hadist pasti tahu sahabat Nabi yang satu ini .... sering muncul sebagai rowi ( periwayat hadith ) yang tsiqoh ( dipercaya ) beliau adalah pecinta binatang terutama kucing ... Hayoo siapa ?? KEPO? iya, bener kok luuurr, dialah Abu Huroiroh R.A.
Menurut riwayat beliau adalah salah satu shohabat yang paling rajin mengikuti Nabi Muhammad SAW tapi tidak seperti wartawan paparazi itu juga sih yang suka mengekspos hingga sampai ke kehidupan pribadi dan privasi yang di KEPOin hemm ... Berkat beliau Abu Hurairoh R.A banyak sekali sunnah yang indah yang dapat di ambil hikmah ( Subbhanallah )
Nah, jika kamu memang ngaku Generasi Penerus yang ingin sukses dunia akhirat sesuai dengan Tri sukses Generasi Penerus yaitu jadi Generus yang punya Akhlaqul Karimah, Faham dan Mandiri. Siplah kalo ketiga hal tersbut bisa hinggap di setiap diri generus Manshurin. Apa hubungannya sama KEPO? Apakah kita harus KEPO dengan ustadz ustadzah kita? ( Hehehe gak gitu juga kali, lurr .. :D ) Yang di-KEPO in itu ilmunya Lurr ... ! Ilmu Qur'an Hadist tentunya. Hayoo udah katam belum Qur'an Maknanya? Hadistnya dapet berapa?. Sudah seberapa KEPO anda dengan Qur'an Hadist?
Ini dia keuntungan yang bisa saudara dapatkan jika KEPOin Qur'an Hadist
1. Melestarikan Kebaikan
Seperti kata beliau Salman Al-Farisi dalam Muqoddimah kitab Ad-Darimiy
•    عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ قَالَ سَلْمَانُ : لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا بَقِىَ الأَوَّلُ حَتَّى يَتَعَلَّمَ الآخِرُ، فَإِذَا هَلَكَ الأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ الآخِرُ هَلَكَ النَّاسُ * رواه الدارمي فى المقدمة
Artinya : Manusia senantiasa dalam kebaikan selama Generasi muda belajar kepada generasi tua, jika Gnerasi tua habis sebelum generasi muda belajar pada generasi tua maka rusaklah ( kebaikan ) Manusia.
2. Menjaga dari Godaan Syetan
Diriwayatkan dari Sahabat Ibni Mas'ud Nabi Muhammad SAW pernah ngendiko ( bersabda ) :
 وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَعَالِمٌ وَاحِدٌ أَشَدَّ عَلَى إِبْلِيْسَ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ ِلأَنَّ الْعَابِدَ لِنَفْسِهِ وَالْعَالِمَ لِغَيْرِهِ
Yang artinya : Demi dzat yang diriku ditanganNya, Niscaya satu orang yang faham agama lebih mudah bagi iblis untuk digoda daripada 1000 orang ahli ibadah karena ahli ibadah bermanfaat untuk dirinya sendiri, sedangkan ahli ilmu bermanfaat bagi orang lain.
3. Ilmu adalah kehidupan Islam dan Tiang Keimanan
Seperti yang termaktub dalam hadist dibawah ini
    الْعِلْمُ حَيَاةُ اْلإِسْلاَمِ وَعِمَادُ اْلإِيْمَانِ ...الحديث  رواه أبو الشيخ عن ابن عباس
4. Dido'akan ampun oleh malaikat serta seluruh makhluk dibumi, diberi mahkota yang lebih terang dari matahari. Dan yang pasti ... jadi petunjuk jalan Masuk SURGA selamat dari NERAKA ...
Apaa lagi ya manfaat KEPO-in Qur'an Hadith ..?? SURGA itu kaya apa? NERAKA itu kaya gimana? Iyyh KEPO ya? Makanya Ngaji ... !!!!
That's the best way to KEPO with Qur'an Hadith. (Dika)

Jumat, 10 Januari 2014

SHALAT WITIR

Apalagi yang bisa mendorong diri ini untuk witir? Dalil sudah. Contoh ada. Kenapa masih saja mengentengkan witir ini? Witir? Sunnah kan? Kadang bolak-balik hati ini susah dimengerti.
Gara-garanya cuma ditanya; “Piye mas witirmu?” Bukannya menjawab, tetapi malah nyingkur. Akibatnya sampai sekarang masih terus berbekas. Rasa malu itu terus menggejolak. Hati gemuruh berontak. Mendorong diri ini terus maju menggapai jawaban pertanyaan itu. Padahal mungkin si penanya hanya bergurau saja. Ya, itulah jalan pencerahan. Setelah sekian cara mencari momentum, tak disangka datang dengan amat sederhana. Jadilah peristiwa itu menjadi titik balik untuk melaksanakan shalat witir berkelanjutan. Apalagi setelah mengulas kembali dalil di bawah ini.

Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Abu Bakar, ‘Kapan engkau shalat Witir?’ Dia menjawab: ‘Aku shalat Witir sebelum tidur.’ Beliau lalu bertanya pada ‘Umar, ‘Kapan engkau shalat Witir?’ Dia menjawab, ‘Aku tidur kemudian shalat Witir.’” Dia (Abu Qatadah) berkata, “Beliau berkata kepada Abu Bakar: ‘Engkau telah mengambilnya dengan hati-hati.’ Dan berkata kepada ‘Umar: ‘Engkau telah mengambilnya dengan kekuatan.’ (Hasan Shahih: [Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 988)], Shahiih Ibni Khuzaimah (II/145 no. 1084), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (IV/311 no. 1421), Sunan Ibni Majah (I/379 no. 1202).

Dari Abu Ayyub al-Anshari Radhiyallahu anhu, ia menuturkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Shalat Witir adalah haq (benar adanya), maka barangsiapa yang mau, maka berwitirlah lima raka'at, barangsiapa yang mau, berwitirlah tiga raka'at dan barangsiapa yang mau, berwitirlah satu raka'at." (HR. Abu Dawud dalam kitab ash-Shalaah, bab Kamil Witr, hadits no. 1421)


Dari Abu Bashrah al-Ghifari Radhiyallahu anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 'Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan shalat, yaitu shalat Witir, maka shalat Witirlah kalian antara waktu shalat 'Isya' hingga shalat Shubuh.'" [HR. Ahmad].

Sebenarnya tak ada apa – apa, saya hanya penasaran, kenapa sih tidak bisa melakukan sholat witir? Kenapa hanya di bulan puasa saja tertib witirnya? Di bulan yang lain kok tidak tertib? Dan saya sudah berusaha untuk bisa menjalankan salah satu sunnah tersebut. Hasilnya masih juga bolong – bolong. Berbagai kiat dan giat sudah dilakukan, akhirnya saya menjatuhkan pilihan melakukan sholat witir sebelum tidur. Itu yang saya mampu. Itu yang saya bisa.

Mungkin kadang terlihat aneh, sore – sore kok witir. Habis mau bangun malam kadang kebablasan. Sejujurnya bukan kadang – tetapi banyak bablasnya - ketimbang bangunnya sehingga gak witir. Niat sih ada terus, tapi apakah hidup ini cukup dengan niat saja? He, he, he,,,,gubrakkkk,,,Innamal a’malu binniyyat.

Dulu Pak ustad di kampung saya memberikan wejangan - tip yang sederhana dan ciamik. Dia bilang, “Untuk melatih sholat witir, tambahkanlah sehabis sholat sunnah ba’da isya 1 rekaat saja.” Maka dulu kami pun ramai – ramai mengerjakannya sehabis sholat sunah ba’da isya. Sekian waktu berlalu dan semakin meluntur kegiatan itu, saya terpacu lagi untuk memulainya - sebagai bagian taqorrub ilallah dari hamba yang lemah ini. Semoga tidak terlambat, seperti kisah Abu bakar dan Umar di atas.

Ya, ini memang sunah bukan wajib. Bahkan mungkin ada yang mencibirnya. Namun bagi saya adalah sebuah jalan besar menuju kecintaan kepada Allah. Di samping jalan lain yang mungkin orang tempuh. Sebab banyak jalan menuju keridhoan Allah, bukan hanya ke Roma saja.

Nah, bagi yang mau menempuh jalan sholat witir untuk mempertinggi derajat amalannya berikut beberapa dalil tentangnya.

Dari Ali ra., ia berkata, ‘Witir bukan keharusan seperti sholat wajib kalian, akan tetapi Rasulullah SAW biasa melakukannya, dan Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah witir, mencintai witir, maka lakukanlah sholat witir wahai ahli qur’an.” (Rowahu Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah)

Dari Jabir ra., ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa khawatir tidak bangun di akhir malam, maka hendaknya dia berwitir di awalnya, dan barangsiapa yakin akan bangun di akhir malam, maka hendaknya dia berwitir di akhirnya, karena sholat diakhir malam disaksikan dan dihadiri (oleh malaikat) dan itu lebih utama.” (Rowahu Muslim).

Dari Jabir ra., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai ahli qur’an, berwitirlah kalian karena Allah adalah witir dan menyukai witir.” (Rowahu Abu Dawud).

Dari Abu Tamim al-Jaisyani, dia berkata, aku mendengar Amru bin al-Ash berkata, seorang lelaki memberitahukan kepadaku bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menambahkan satu sholat kepada kalian, maka tegakkanlah ia diantara isya dan shubuh, yaitu sholat witir”. (Rowahu Ahmad)

Dari Abu Huroiroh r.a, dia berkata, ”Kekasihku SAW mewasiatkan kepadaku tiga perkara, agar aku berpuasa tiga hari setiap bulan, melaksanakan sholat dhuha 2 rekaat dan melaksanakan sholat witir sebelum tidur.”[Rowahu Al-Bukhory (Kitaabu al-Jumu’ati), Muslim ( Kitaabu Sholaati al-Mufaasiriina wa qoshrohaa), Abu Dawud (Kitaabu As-Sholaah), at-Tirmidzi (Kitaabu as-Shoumi) dan an-Nasa’i (Kitaabu as-Shiyaami)].

Jadi, sekarang bukan hanya salam saja yang dijangkepi witir. Sholat sunnah pun rasanya perlu juga diperjuangkan. Mari, kerjakan witir. (pf)

Sumber www.ldii.or.id

Kamis, 09 Januari 2014

7 AYAH Terkeren Dalam Al Quran

Umumnya dari kita mengetahui bahwa pada tanggal 22 Desember merupakan Hari Ibu. Banyak orang melakukan berbagai cara untuk menghormati jasa wanita yang melahirkan mereka. Tahukah Anda kapan Hari Ayah? Hari Ayah di Indonesia dirayakan pada 12 November setiap tahunnya.
Untuk memperingati jasa-jasa ayah, inilah deretan ayah terkeren dalam Islam. Semoga para warga LDII bisa mengambil pelajaran dari mereka.
1.  Nabi Muhammad S.A.W.
Siapa yang tidak kenal beliau? Rasulullah dikenali oleh semua orang, baik musuh ataupun kawan. Beliau dinobatkan sebagai orang paling berpangaruh di dunia versi buku ‘The 100’ ini memiliki 4 putra dan 4 putri, walaupun keempat putranya meninggal saat masih kecil, tetaplah beliau ayah terbaik. Jiwa penyayangnya kepada anak-anak tidak diragukan lagi. Nabi Muhammad menyayangi semua anak kecil meskipun tak memiliki hubungan darah dengannya.
Beliau menciumi anak kecil saat berjumpa, mengajak balap lari, dan membuat lelucon jenaka merupakan keahliannya, dalam menghibur anak dan cucunya. Beliau juga merupakan sosok yang sabar dan tidak suka memarahi anak kecil.
Walaupun sabar dan tidak suka marah kepada anak kecil, bukan berarti menghilangkan sifat tegas beliau dalam mendidik anak. Rasulullah tidak segan menegur anaknya apabila menyalahi adab yang dibenarkan Islam. Beliau pernah menegur Umar bin Abu Salma “Hai nak! Bacalah basmalah, menyuaplah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang ada didekatmu!” dari Aisyah HR. Bukhari dan Muslim.
Beliau bahkan pernah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, tentu Muhammad akan memotong tangannya.” HR. Bukhari. Melalui contoh di atas kita mengetahui sebagai seorang ayah kita patuh dekat dengan anak akan tetapi tidak menghilang ketegasan dan objektivitas tetang kebenaran.
2. Nabi Ibrahim A.S.
Nabi Ibrahim menjadi sosok ayah terkeren berikutnya karena keberhasilannya membina suatu keluarga. Prestasinya di antaranya Sarah yang sholehah, Hajar yang tegar, dan Ismail anak yang sholeh dan mampu menguatkan dan mengokohkan keimanan bapaknya. Nabi Ibrahim telah berhasil mendidik keluarganya menjadi keluarga yang senantiasa mentauhidkan Allah SWT.
Fase Dua yang sangat sulit dalam hidup sebagai seorang ayah telah Beliau lalui dengan baik. Dua fase itu adalah ketika turun perintah dari Allah meninggalkan Hajar yang baru melahirkan Ismail di bukit gersang tak berpenghuni dan saat turun perintah menyembelih anaknya Ismail. Walaupun berat Ibrahim menjalankan perintah Allah tersebut. Rasa cintanya kepada keluarga tidak pernah mengalahkan rasa cintanya kepada Allah. Bahkan Ibrahim sebagai seorang ayah mampu meyakinkan keluarganya tentang arti ketaatan kepada perinta Allah.  Memalui kisah ini kita menyadari bahwa seorang ayah tidak sepantasnya menjadikan rasa cinta kepada keluarga sebagai alasan untuk berbuat negatif. Seberat apapun kondisi yang ayah terima kita harus tetap yakin bahwa Allah akan senantiasa menolong dan memberikan jalan. 
3. Nabi Ya'qub A.S. (Ayahnya Nabi Yusuf AS)
Nabi yang juga dikenal sebagai Nabi Isroil dan menjadi nenek moyang Bani Israil ini menjadi ayah terkeren bukan karena memiliki anak Nabi Yusuf yang super tampan. Akan tetapi, hal yang tidak kalah keren darinya adalah kesabaran beliau dalam mengenalkan baik dan buruk kepada anaknya.
Sifat iri yang kerap dimikili oleh anak terhadap perhatian orang tua mereka kepada saudaranya juga dialami oleh anak Yaqub. Rasa iri ini yang menjerumuskan anak-anak Yaqub untuk berbuat jahat kepada Yusuf. Meskipun mengetahui anak-anaknya telah berbuat jahat kepada anak kesayangannya, Yusuf, Yaqub tidak serta-merta membuang dan mengusir anaknya dari rumah. Akan tetapi Yaqub justru mendoakan ampunan kepada Allah untuk anak-anaknya. Beliau juga menasehati dan  mendoakan semoga anak-anaknya dapat berubah menjadi lebih baik. Sikap kesabaran ini yang seharusnya dimikili oleh seorang ayah yang memiliki anak nakal atau bermasalah. Kekurangan anak bukan berarti menjadi alasan seorang ayah untuk mengusirnya. Akan tetapi menjadi tanggung jawab orang tua lah untuk meluruskan jalannya.
Beliau juga masih memberikan harapan anak-anaknya untuk berubah dan berbuat baik saat meminta Bunyamin untuk ikut ke Mesir. Rasa percaya ayah kepada anak inilah yang beliau terapkan. Orang tua harus bersikap tegas tetapi tidak menghakimi dan melebel negatif anak. Orang tua seharusnya menjadi seorang yang paling dekat dan paling percaya kepada anak  bahwa ia akan berubah di saat posisi tersebut. 
4. Nabi Dawud  A.S. (Ayahnya Nabi Sulaiman A.S.)
Mengenali potensi anak itulah keahlian yang dimiliki oleh raja yang adil dan sangat kaya raya ini. Nabi Dawud telah mengetahui potensi kecerdasan Sulaiman jauh ketika anaknya masih kecil. Ketika mengetahui potensi anaknya, Dawud giat mengasah kecerdasan Sulaiman untuk memimpin kerajaan dan memberikan hukum yang adil terhadap suatu permasalahan. Sulaiman senantiasa diajak melihat teknik menyelesaikan masalah kerajaan.
Alhasil Sulaiman tumbuh kemampuan analisisnya dan menjadi anak yang semakin cerdas. Hal ini yang harus dimiliki seorang ayah. Mengenali bakat anaknya dan mendukungnya ke arah yang positif. Mengenali bakat anak sejak dini penting dilakukan guna menentukan arah pendidikan yang sesuai.
Dawud juga patut menjadi contoh bagi para ayah yang anti kritik dan sulit mendengarkan pemikiran anaknya. Beberapa hukum yang sulit seperti saat kasus kambing yang memakan tanaman di kebun tetangganya dapat diselesaikan Dawud dengan bantuan Sulaiman. Walaupun dengan kata lain harus Dawud harus menerima kritikan anaknya. Dawud dapat lapang dada menerima masukan anaknya sejauh hal tersebut membawa ke arah yang lebih baik.
Sering kali orang tua menganggap dirinya selalu benar dan anak harus mendengarkan semua perkataannya. Mengeritik nasehat orang tua sering kali dianggap sebagai membantah atau menentang orang tua. Hal-hal semacam itu sebaiknya diperbaiki. Sudah saatnya ayah membuka pikiran dan mencoba menyaring masukan anak. Ayah seharusnya bisa mendengar masukan anak dan mengarahkannya ke arah yang positif dan memperbaiki dengan ramah bila ada kesalahan. Membantah dengan kasar saat anak salah justru membuat anak menjadi semakin jauh dan tidak percaya terhadap orang tua.      
5. Nabi Zakaria A.S. (Ayahnya Nabi Yahya)
Ayah yang satu ini patut diacungi jempol dalam hal berdoa kepada Allah agar diberikan anak. Hingga usianya 90 tahun, istrinya, Isya belum kunjung memiliki anak. Tanpa keraguan Zakaria terus bermunzat kepada Allah agar diberikan anak yang doanya tertulis dalam Surah Maryam ayat 2-6.  Berkat kesungguhan dan keyakinannya doa beliau akhirnya dijawab oleh Allah dengan terlahir anak bernama Yahya pada Surah Maryam ayat 7.
Melalui kisah ini, terdapat sebuah gambaran bahwa tugas menjadi ayah terjadi jauh sebelum terbentuknya janin. Zakaria telah mendoakan anaknya menjadi anak yang diridhai-Nya jauh sebelum istrinya hamil. Persiapan menyambut seorang anak tidak hanya setumpuk popok dan baju bayi saja, akan tetapi calon orang tua hendaknya juga mendoakan calon anaknya agar menjadi anak yang sholeh/sholeha.
6. Nabi Suaib A.S. (Mertua Nabi Musa A.S)
Tugas terakhir sekaligus tugas terberat seorang ayah yang memiliki anak perempuan adalah mencarikan pasangan dan menikahkannya. Memilih calon menantu yang akan memperistri anak perempuannya bukan hal yang mudah. Memiliki dua orang putri yang pemalu Suaib telah mengetahui anaknya menyukai Nabi Musa sejak pertama bertemu. Melalui isyarat perkataan bahwa Musa kuat dan bisa dipercaya serta memintanya menjadi pelayan, Suaib sudah mengetahui bahwa anaknya menyukai Musa.
Akan tetapi kriteria Suaib memilih menantu tidak hanya itu. Untuk membuatnya yakin bahwa Musa adalah pria yang baik untuk anaknya Suaib meminta mas kawin berupa bekerja dengannya selama 8-10 tahun. Dengan waktu tersebut diharapakan Suaib dapat mengenal pribadi Musa lebih baik. Selain itu waktu tersebut juga berguna untuk memberikan nasehat dan perbaikan untuk Musa sebelum menjadi menantunya.
Hal ini yang harus diperhatikan seorang ayah yang akan memilih calon menantunya. Memilih calon menantu untuk putri kita tidak hanya bedasarkan kesukaan anak saja. Akan tetapi lebih dari itu, seorang ayah juga harus mengenali pribadinya terlebih dahulu. Selain itu Suaib juga terbukti pandai mendidik anak perempuannya menjadi wanita yang pemalu.
Pemalu dalam artian positif. Kedua anaknya malu dan tidak mau berkumpul dengan lelaki yang bukan mahromnya untuk berebut mengambil minum ternak di sumur. Mereka lebih memeilih menunggu. Selain itu, anak perempuannya juga malu seraya menutup wajahnya saat berbicara kepada Musa, pria asing yang baru dijumpainya.
7. Luqman Al-Hakim
Sosok yang satu ini membuat namanya ditulis dalam Al Quran  berkat kebijakannya dalam mendidik anak. Beliau merupakan orang kedua yang bukan nabi akan tetapi ditulis di dalam Alquran setelah Maryam. Meskipun bukan nabi akan tetapi Allah memberikan hikmah (kebijaksanaan) kepadanya sebagaimana yang tertulis di Surah Luqman ayat 12-19.
Berkat keistimewaan hikmah tersebut Luqman dapat menasehati anaknya dengan begitu bijak dan arif. Secara tersirat Allah memerintahkan kepada para ayah untuk menasehati anaknya seperti Luqman menasehati anaknya.
Beberapa isi wasiat Luqman kepada anaknya diantaranya supaya mentauhidkan Allah dan melarang syirik. Beliau juga berpesan untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua dan menuruti perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan perintah Allah serta tidak berbuat sombong dan menjaga suara di muka bumi. Selain itu beliau juga mengingatkan anaknya bahwa segala sesuatu yang dilakukan baik-buruknya akan dimintai pertanggungjawaban di hari akhir.
Pada suatu hari Luqman Hakim telah masuk ke dalam pasar dengan menaiki himar. Melihat tingkah laku Luqman itu, seorang pun berkata, "Lihat itu orang tua itu tidak kasihan membiarkan anaknya berjalan kaki". Setelah mendengarkan hal tersebut, Luqman pun turun dari himarnya, lalu menaruh anaknya di atas himar. Melihat yang demikian, maka orang berkata, "Lihat orang tuanya berjalan kaki sedangkan anaknya asyik menaiki himar, sungguh kurang ajar anak itu".
Setelah mendengar kata-kata itu, Luqman pun terus naik ke atas belakang himar itu bersama-sama dengan anaknya. Kemudian orang ramai pula berkata lagi, "Lihat itu dua orang menaiki seekor himar, adalah sungguh tersiksanya himar itu."
Mendengar percakapan tersebut, maka Luqman dan anaknya turun dari himar itu. Kemudian terdengar lagi suara orang berkata, "Dua orang berjalan kaki, sedangkan himar itu tidak dikenderai.". Dalam perjalanan mereka berdua pulang ke rumah, Luqman Hakim menasehati anaknya tentang sikap manusia. "Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan melainkan kepada Allah saja. Barang siapa mengenal kebenaran, itulah yang menjadi pertimbangannya dalam tiap-tiap satu." (Muhammad Bahrun Rohadi)

Sumber: www.ldii.or.id

Selasa, 07 Januari 2014

Generasi Muda di Era Globalisasi

Berbagai kemajuan di bidang teknologi selain membawa manfaat bagi kehidupan manusia juga berdampak negatif. Kemaksiatan, kerusakan moral, pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat agama semakin merajalela. Kesemuanya menjadi cobaan dan tantangan berat yang harus dihadapi oleh generasi muda.
Maka para remaja  dituntut benar-benar menjadi generasi yang ahli ibadah, berakhlaqul karimah, mandiri,  faham agama dan alim serta memiliki ketaqwaan yang tinggi, sehingga mampu membentengi diri dari berbagai macam dan bentuk kerusakan remaja di era globalisasi dan modernisasi.
Empat belas abad yang silam Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan berbagai macam bentuk kerusakan yang bakal terjadi pada zaman akhir, sekarang telah menjadi kenyataan. Perilaku pergaulan yang sudah tidak lagi mempedulikan antara halal-haram, dosa-pahala dan baik-buruk tidak menutup kemungkinan akan mempengaruhi pola hidup generasi muda, terjerumus dalam pergaulan bebas, perzinaan, tawuran, kecanduan narkoba, minuman keras dan pengaruh jelek lainnya.
Agar generasi muda tidak terjerumus dalam pengaruh-pengaruh jelek, ada 3 hal yang harus dilakukan, di antaranya :
1. Mendekatkan diri kepada Allah
Untuk menjaga kesehatan ginjal, harus tetap banyak minum, walau tidak merasa haus. Untuk mejaga kesehatan hati (qolbu), harus tetap banyak istigfar dan minta maaf, walau tidak merasa salah.
Agar remaja tidak mudah terpengaruh oleh ajakan atau bujukan kawan dan mampu mengatasi rasa keingintahuannya, maka remaja harus meningkatkan pendekatan dirinya kepada Allah SWT yaitu dengan menertibkan dan meningkatkan ibadah, semisal meningkatkan kekhusyuan sholat dan banyak melakukan sholat-sholat sunnah terutama sholat malam, sambil memohon penjagaan dan keselamatan dari Allah dari berbagai macam kemaksiatan.
Firman Allah SWT:
“Dan tegakkanlah sholat, sesungguhnya sholat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (Surat Al-Anqabut ayat 45)
Bilamana telah menjalankan sholat, namun perbuatannya tak terjaga, kemungkinan ada yang salah dalam sholatnya hamba. Dia baru sekedar sholat secara fisik tapi belum mampu menjiwai nilai-nilai akhlaq yang terkandung dalam sholatnya.
Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
Menetapilah kalian dengan sholat malam sebab sesungguhnya sholat malam itu kebiasaan orang-orang sebelum kalian dan bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari dosa, menghilangkan dan menolak penyakit dari tubuh. (HR Tirmidzi)
2. Memilih teman bergaul yang baik dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif.
Pergaulan akan mempengaruhi perilaku seseorang. Orang yang berteman dengan orang yang baik, kemungkinan besar ia akan baik. Sebaliknya orang yang berteman dengan orang buruk, kemungkinan besar ia juga akan terpengaruh menjadi buruk. Karena itu, remaja hendaknya memilih teman yang baik, yang kuat agamanya, kuat imannya, yang ahli ibadah agar ia juga ikut baik.
“Perumpamaan teman bergaul yang sholih dan teman bergaul yang jelek adalah sebagaimana penjual minyak wangi dan ubupan (perapian) pandai besi. Penjual minyak wangi tidak akan melewati padamu, adakalanya kamu akan membeli minyak wangi itu darinya, atau (paling tidak) kamu akan mendapatkan bau wanginya. Dan (sedangkan) pandai besi akan membakar badanmu atau pakaianmu atau (paling tidak) akan kamu dapatkan bau sangitnya.”(HR Bukhori)
Oleh karena itu menentukan teman bergaul adalah sangat penting, karena sebagian waktu kita berada di sisi teman pergaulan kita. Sedangkan manusia memiliki kelemahan, mudah mengikuti sesuatu yang cenderung melanggar peraturan agama. Dengan banyak bergaul dengan orang yang faham, maka walaupun tidak bisa belajar ilmu kepadanya, paling tidak sebagian waktu kita akan banyak disibukkan dengan hal-hal yang baik dan mengurangi waktu-waktu untuk melanggar dan maksiat.

“Seorang laki-laki itu menetapi kebiasaan teman dekatnya, maka hendaklah ia melihat siapa yang menjadi teman dekatnya.” (HR Abu Dawud)
LDII selalu mengadakan pengajian khusus remaja setiap seminggu sekali dengan materi Alquran dan Alhadits serta dibekali nasehat agama sebagai pembinaan generasi muda. Dengan mengikuti dan menyibukkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif seperti giat menghadiri pengajian, komunitas hobi, sepakbola, basket, Persinas, kursus ketrampilan dan lain-lain, seorang remaja akan terhindar dari kekosongan waktu.
Kekosongan waktu biasanya mendorong remaja keluar rumah dan menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang dapat menyeret dirinya kepada hal-hal yang negatif termasuk penyalahgunaan narkoba. Namun jika seorang remaja memiliki banyak kegiatan, ia tidak sempat lagi mengajak teman-temannya untuk mengerjakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

3. Peran Orang Tua.
Orang Tua memiliki peran penting dalam mendidik, menjaga, mengawasi, komunikasi efektif tumbuh kembang anak di era globalisasi dan modernisasi ini.
Dengan maraknya korupsi, kejahatan, kekerasan dan pergaulan bebas, maka mendidik anak hanya agar sekedar pintar (pintar komputer, pinter matematika, dan sebagainya.) tanpa dibarengi dengan pendidikan agama dan akhlaqul karimah, bisa jadi hanya akan mencetak calon-calon koruptor atau calon penjahat. Maka utamakan pendidikan moral dan agama sejak dini agar generasi penerus kita menjadi masyarakat yang santun, jujur dan amanah. Sholeh sebagai individu, sholeh juga sebagai warga masyarakat dan professional religious.
Orang tu juga harus menekankan anaknya agar memiliki pandangan yang luas dan berwawasan ke depan. Harus mampu memikirkan semua perbuatannya, apa dampak positif dan negatifnya. Jika suatu perbuatan akan mendatangkan dampak negatif, maka mereka harus menjauhinya. Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda :
Ketika kamu akan mengerjakan suatu perkara maka pikirkanlah, jika perkara itu baik maka teruskanlah dan jika perkara itu jelek maka berhentilah. (HR Ibnu Mubarok)

Sumber www.ldii.or.id