Senin, 31 Oktober 2011

Akhlaqul karimah

WA INNAKA LA ‘ALAA KHULUQIN ‘ADZIIM - Dan sesungguhnya engkau Muhammad niscaya memiliki akhlaq yang agung.” Demikian firman Allah SWT didalam Al-Quran Surat Al-Qolam (58:4).

Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad adalah manusia yang jujur dan tidak memiliki cela, sehingga dijuluki al-Amin atau orang yang dapat dipercaya.
Demikian dihormatinya Muhammad, sehingga 5 tahun sebelum kenabian ketika terjadi banjir besar di Makkah dan batu Hajar Aswad hanyut dan diperbaiki, para tetua 4 suku di Makkah bertengkar tentang siapa yang berhak untuk mengembalikan batu hitam dari sorga itu ke tempatnya. Karena deadlock – buntu, maka para sesepuh itu akhirnya sepakat menyerahkan pengembalian batu itu ke Muhammad Al-Amin. Padahal ketika itu Muhammad baru berumur 35 tahun.

Sekiranya orang biasa diserahi kehormatan demikian, barangkali dengan rasa pongah dan membusungkan dada dikembalikannya batu itu sendirian. Tetapi tidak demikian dengan Muhammad. Dilepasnya sorbannya, dibentangkannya, diletakkannya Hajar Aswad itu diatas sorbannya, lalu dipersilahkannya para boss suku-suku itu menggotongnya rame-rame ke tempat asalnya di sudut Kabah, sampai akhirnya Muhammad meletakkannya di tempatnya.
Demikianlah contoh betapa mulianya akhlaq Muhammad di mata masyarakat, padahal saat itu beliau belum diangkat menjadi Nabi.



Pasca Kenabian.
Alangkah mulianya ahlak Rosulullah dapat dilihat dari hadits tentang sohabat Anas yang selama menjadi khodam – pelayan Rosululloh tidak pernah sekalipun ditegur Nabi dengan ucapan ‘uffin’ – “Ah!”.
Ketika Anas berbuat sesuatu yang Nabi sebetulnya tidak menghendakinya, tidak pernah sekalipun Nabi menegor “lima shona’tahu?” – mengapa engkau mengerjakan itu?
Ketika Anas tidak berbuat sesuatu padahal Nabi sebetulnya menghendakinya, tidak pernah sekalipun Nabi mengatakan “lima taroktahu?” – mengapa engkau tidak mengerjakan itu?

Boleh jadi ada orang berargumen, ah, itu kan karena Anas memang sohabat yang perfeksionis, orang yang serba sempurna, sehingga selama menjadi khodam tidak pernah berbuat kesalahan.
Sohabat Anas adalah manusia biasa. Siapakah manusia biasa yang bisa melayani tanpa salah, atau bisa dengan tepat menebak keinginan yang dilayaninya selama 10 tahun? Ya, menurut hadits itu, Anas menjadi khodam Nabi selama 10 tahun.
Bagaimana sesama anak Adam memperlakukan sesamanya, Nabi berwasiat kepada para khalifah supaya yu’addzim kabiiirohum– memuliakan orang tua, wa yarhama shoghiirohum dan menyayangi anak kecil. Nah, kalau kepada yang tua dan yang muda saja harus demikian, bagaimana kepada para peers alias yang sebaya?

Al ‘Ulya - As Sufla

Hubungan sesama manusia tidak mungkin terlepas dari al-‘ulya alias ‘yang di atas’ dan as-sufla alias ‘yang di bawah’. Contohnya pemimpin-bawahan, suami-isteri, ortu-anak, kakak-adik, dst.
Bagaimana Islam mengajarkan al-‘ulya harus bersikap kepada as-sufla?

Wahfidz janaahaka limanittaba’aka minal muminiina – Rendahkan sayapmu kepada orang iman yang mengikutimu. Fabimaa rohmatin minalloohi linta lahum – maka dengan rahmat dari Allah lemah lembut engkau Muhammad kepada mereka. Walau kunta faddhon gholiidhol qolbi lanfaddhuu min haulika – jika engkau keras dan kasar hati niscaya bubar mereka darimu Muhammad. Demikianlah beberapa dari perintah Allah yang ada didalam Al-Quran.
Hadits dari Anas diatas sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan bagaimana luhurnya ahlak Muhammad sebagai al ‘ulya kepada seorang Anas sebagai as-sufla.
Umar bin Khottob terkenal galak diluar rumah, tetapi lemah lembut kepada isterinya. Ketika ditanya mengapa demikian, dijawabnya karena isterinya itulah yang melahirkan dan membersarkan anak-anaknya.

Ada lelaki sekarang yang nampak gentleman di luar, tetapi justru galak didalam rumah. Keras kepada isterinya, dan streng kepada anak-anaknya. Mereka stress manakala berjumpa dengan bapak biologisnya sendiri. Ini bukan rekaan. Buktinya ada UU KDRT - Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Tempelengan, bahkan lebih dari itu di kalangan keluarga, masih terjadi. Na’uudzu billaahi min dzaalika.
Sabda Nabi di sebuah hadits: “Alangkah hinanya seorang laki-laki yang berbuat kasar kepada isterinya, siang dipukuli, malam dikumpuli”. Kalau dalam istilah Kang Kabayan: ’beurang digebugan, peuting ditumpakan’.

Waspada Mulut
Nabi ditanya ‘an aktsari maa yudkhilun naasal jannata – tentang apa yang paling banyak menyebabkan orang masuk sorga. Apakah karena jagoan yang siap maju ke medan perang? Apakah karena banyak ilmu yang siap untuk diajarkan? Karena banyaknya harta yang siap untuk disedekahkan?
Ternyata jawab Nabi adalah: ’taqwalloohi wa husnul khuluqi’ – taqwa kepada Allah dan ahlak yang baik.
Lalu Nabi ditanya ‘an aktsari maa yudkhilun naasan naaro – tentang apa yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka?
Ternyata jawab Nabi mengejutkan: ’al famu wal farju’ - mulut dan farji.

Shodaqo Rosululloh, sungguh benar Nabi. Dengan mulut bisa bertengkar, berdebat, berbohong, naminah (adu-domba), ghibah (ngerasani, ngupat, menjelek-jelekkan) dan fitnah, serta memuji orang. Didalam Islam, memuji orang didepannya adalah larangan, karena bisa membunuh niat Karena Allah orang yang dipuji. Menimbulkan rasa riya. Qod qoto’ta ‘unuqo shoohibika – sungguh engkau telah memenggal leher saudaramu, demikian sabda Nabi kepada orang yang memuji orang lain didepannya.
Melaksanakan akhlaqul karimah itu ibarat meniti tangga. Yang menjunjung tinggi akhlaqul karimah ibaratnya menaiki tangga, semakin lama semakin tinggi, sampai ke summit atau puncak pencakar langit. Sebaliknya mereka yang mengabaikan akhlaqul karimah, ibaratnya menuruni tangga, semakin lama semakin rendah. Sampai ke basement.
Sangat banyak aspek tentang akhlaqul karimah. Oleh karena itu mengkhatamkan hadits Kitabul Adab atau ‘Buku tentang Tingkah-Laku’ baik di himpunan maupun di kitab hadits besar, seharusnya menjadi prioritas utama. Alhamdulillah, ternyata ucapan dan tingkah-laku dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, ada adabnya.
Maka alangkah meruginya setelah jungkir balik siang-malam fastabiqul khoirot amal solih di segala bidang kegiatan agama termasuk organisasi, semua menjadi kontra-produktif  mubadzir gara-gara mengabaikan akhlaqul karimah. Bil khusus sesuai hadits diatas gara-gara mengabaikan untuk menjaga bagian yang paling banyak membawa manusia ke neraka: mulut.

Semua sudah pada tahu dalil fal yaqul khoiron au liyasmuth – lebih baik diam daripada mengumbar bicara. Jadi daripada tidak tahan untuk tidak berbicara tidak baik, atau tidak mampu “nasehat pait-madu”, demi mewujudkan akhlaqul karimah, mengapa tidak mencontoh sikap Nabi kepada Anas? Fa aina tadzhabuun?

Di kutip dari: www.nuansaonline.net

Selasa, 18 Oktober 2011

Perempuan Cantik Berakhlak Mulia

Kajian Kitab Bukhari

ditulis: Al-Mukarrom Ustad KH. Shobirun Ahkam,
pimpinan Pondok LDII Mulyo Abadi, Sleman, Yogyakarta
Di waktu fulan yang kaya masih perjaka berpikiran sederhana, “Istri saya harus muballighah.” Ternyata muballighah, yang dinikahi kufur (tidak bersyukur pada suami), diberi uang sebanyak apapun pasti habis dengan cepat, karena bertujuan agar suaminya tidak beruang untuk berpoligami. Kini fulan bertanya-tanya, “Kenapa kepemilikan kekayaan saya sebanyak ini akhirnya diatas namakan istri?.” Fulan yang pandai mengais rizqi itu kini berputusasa.

Fulana bernasib seperti fulan, warisan dari ayahnya berupa tanah yang sangat luas dihabiskan oleh istri hingga tetangganya hampir tak percaya. Tujuan istrinya juga agar suami tidak berkutik dan tidak berpoligami. Fulano dan fulang yang pejabat kaya-raya juga bernasib agak sama, dihalang-halangi mengaji oleh istri karena dikhawatirkan berpoligami. Memang termasuk yang paling berbahaya dalam kehidupan ini adalah wanita yang berakhlaq jelek. Jika hak lelaki dan wanita disamakan secara mutlak, pasti kaum hawa yang tak beruntung dan kaum lelaki akan terdesak. Inilah yang dimaksud, “Dzaalika adnaaa anlaa tauuluu (ذَلِكَ أَدْنَى أَلَّا تَعُولُوا), yang artinya: Itu upaya pendekatan kearah agar kalian tidak mendesak atau mengalahkan (suatu fihak). Maksudnya adanya Allah menjelaskan ayat-ayat berkenaan akhlaq adalah sebagai upaya pendekatan agar tidak ada fihak yang mendesak fihak yang lain.

Kenapa kaum hawa yang kaya, cantik, atau kejam, yang akan berkuasa di dalam kehidupan. Karena mereka punya senjata dahsyat, berhujah dan bertindak yang bisa membuat lelaki bisa iba atau tersudut atau takut. Orang terpandai sejagad SAW pun pernah tersudut dan iba pada wanita sehingga berani mengharamkan yang telah dihalalkan oleh Allah untuk beliau. Alhamdu lillah lalu Allah memberi wahyu yang menyadarkan pada belliau SAW. Kajian ini bukan untuk menyudutkan wanita berakhlaq jelek, tapi justru untuk menyadarkan pada semua fihak. Untuk itu penulis membedah Hadits Bukhari:
صحيح البخاري - ج 2 / ص 3
293 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي زَيْدٌ هُوَ ابْنُ أَسْلَمَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي أُرِيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ مَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَذْهَبَ لِلُبِّ الرَّجُلِ الْحَازِمِ مِنْ إِحْدَاكُنَّ قُلْنَ وَمَا نُقْصَانُ دِينِنَا وَعَقْلِنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَيْسَ شَهَادَةُ الْمَرْأَةِ مِثْلَ نِصْفِ شَهَادَةِ الرَّجُلِ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ عَقْلِهَا أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكِ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
Artinya (isnadnya tidak diartikan):
Ubu Said Al-Khudri RA berkata, “Rasulullah SAW pernah keluar di waktu Idul-Adha atau Idul-Fitri menuju tempat shalat. Lalu beliau lewat bertemu para wanita untuk bersabda ‘hai para wanita, shadaqahlah! Sungguh saya telah menyaksikan kalianlah lebih banyaknya penghuni neraka’. Sontak mereka berkata ‘kenapa ya Rasulallah?’. Nabi bersabda ‘kalian sering melaknat dan mengkufuri suami. Saya belum pernah mengerti orang-orang yang kurang akal dan agamanya yang lebih menghilangkan lubb (akal yang bersih dari hawa-nafsu dan emosi) daripada seorang kalian’.[1] Mereka bertanya ‘bagaimana kurangnya agama dan akal kami, ya Rasulallah?’. Nabi bersabda ‘bukankah (Allah menentukan) persaksian seorang wanita semisal setengah persaksian seorang pria?’. Mereka menjawab ‘betul’. Nabi bersabda ‘itu karena kurangnya akalnya. Bukankah jika haid tidak shalat dan tidak berpuasa?’. Mereka berkata ‘betul’. Nabi SAW bersabda ‘itu karena kurangnya agamanya’.”

Laknat, cercaan, cemoohan, mengkufuri, mencela, menangis, mengamuk, marah, adalah yang menjadi senjata andalan wanita. Ketika sejumlah wanita jelita ingin melihat Nabi Yusuf AS juga menggunakan cemoohan yang menyakitkan perasaan Zulaikha, “Masyak istri yang mulia secantik itu merayu pada budaknya. Sungguh landaan cintanya telah menguasainya. Sungguh kami berpandangan dia di dalam kebodohan yang nyata.” Walau Zulaikha marah, tapi mereka berhasil melihat Yusuf AS.

[1] Penulis mengartikan akal yang bersih dari hawa-nafsu dan emosi pada, “Lubb,” karena merujuk pada:
فتح الباري لابن حجر - ج 1 / ص 476 وَاللُّبّ أَخَصّ مِنْ الْعَقْل وَهُوَ الْخَالِص مِنْهُ

Senin, 03 Oktober 2011

Pengajian Umum DPC LDII Desa Jogjarejo Kab.OKU Timur Sumsel



Ada sebuah pepatah kuno yang mengatakan "Tuntutlah Ilmu sampai Kenegeri China". Tidak asing lagi ditelinga kita tentang pepatah ini tentunya, menyikapi hal itu Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) DPC  LDII Desa Jogjarejo pada hari minggu tanggal 18 September (18/9) mengadakan Pengajian Umum Desa yang di ikuti sekitar 12 PAC LDII  yg meliputi: Jogja Barat, Jogja Timur, Jogja selatan, Metro, Karang Tengah, Kedu, Sri Dadi, Sumber Agung, Suko Dadi, Rawa Bening, Serdang Kuring, serta Berasan dan di hadiri sekitar 300 jamaah.

Pengajian yang rutin di agendakan oleh pengurus enam bulan sekali ini di  isi oleh Bpk.Mukhlis, Bpk. Suyanto, Bpk.Untung Budiman, Bpk.H. Imam Nur Khoiri, dan di tutup oleh Bpk.Ngabidin yang  bermaterikan Makna Al-Qur'an, Makna Al-Hadist, dan Nasihat Pemantapan Yang bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi serta keakraban bagi setiap jamaah, Selain itu pula menyikapi banyaknya pengaruh negatif dari luar yang begitu pesatnya maka hal ini juga bertujuan me refresh kita atau menyegarkan iman kita untuk membentengi  diri dari bahaya pengaruh tersebut.                                                                                                                                                                                                                                                 
Seperti Nasihat yang di sampaikan Bpk.H.Imam Nur Khoiri "
Dalam Al Quran dan Al Hadist telah dimuat ketentuan-ketentuan, hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perintah atau larangan, halal atau haram, pahala atau dosa dan surga atau neraka.
Umat Islam yang beribadah kepada Allah dengan berpedoman murni pada Al Quran dan Al Hadist tidak dicampuri dengan perbuatan syirik, khurofat, tahayul dan maksiat serta didasari niat karena Allah, semata-mata tujuan mencari Surga Allah dan takut akan siksa Allah berupa Neraka dijamin; Pasti Benar, pasti sah, pasti diterima oleh Allah dan pasti masuk surga selamat dari neraka sesuai dalil di bawah ini:

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sesungguhnya ini (Al Quran) adalah jalanKu yang benar maka ikutilah, dan janganlah mengikuti setiap jalan, maka akan tersesat kamu sekalian dari jalan Allah”.(QS Al An'am ayat 153)
3. Quran Surat Al Hasr ayat 7
مَّا أَفَاء اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاء مِنكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan apa-apa (peraturan) yang Rasul datangkan pada kalian maka ambillah, dan apa-apa yang Rasul melarang maka jauhilah”.(QS.Al Hasr ayat 7)

Sabda Rosulullah SAW:
عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أنَّ رَسُولِ اللهِ صَلَى اللَّه عَلَيهِ وَسَلَمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابِ اللهِ وَ سُنَّةِ نَبِّهِ * رواه مالك فى الموطأ
“Aku (Nabi) telah meninggalkan kepada kamu sekalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat (pasti benarnya) selagi berpegang teguh pada keduanya, yaitu Kitabillah (Al Quran) dan Sunah Nabi (Al Hadist)”.
Hadist riwayat Malik

فَإنَّ هَذَا الْقُرْأَنْ طَرَفُهُ بِيَد اللهِ وَ طَرَفُهُ بِأَيْدِكُمْ فَتَمَسَكُوْا بِهِ، فَإِنّكُمْ لَنْ تَهْلِكُوْا وَلَنْ تَضِلّوْا بَعْدَهُ أَبَدًا * رواه الطبرانى
“Maka sesungguhnya ini Al Quran ujungnya yang satu di tangan Allah dan ujung satunya di tangan kalian, maka berpegang teguhlah pada Al Quran. Maka sesungguhnya kalian tidak akan rusak selamanya (pasti selamat) dan tidak akan tersesat (pasti benar) bila berpegang tteguh pada Al Quran”.
Hadist riwayat Thobroni

By.Dedy Soedijarto