Kamis, 15 September 2011

Pengajian Desa Semalam Suntuk

Pengajian Desa Semalam Suntuk

Pengajian ini dilaksanakan rutin pada Malam minggu kedua setiap bulannya. Pengajian ini bertujuan untuk menambah Wawasan, Ilmu Serta kefahaman bagi Generus (Generasi Penerus). Selain tujuan itu, pengajian ini juga di tujukan untuk menghindarkan dari perbuatan-perbuatan maksiat bagi generus yang biasa kita temui pada khalayak ramai apabila malam akhir pekan tiba. Biasanya hal tersebut berwujud kegiatan berfoya-foya, Mojok alias nyepi dengan pacarnya...hal tersebut di khawatirkan akan menjerumuskan generasi kita ke hal-hal negatif. Peran serta orang tua juga sangat di perlukan dalam pengawasan terhadap ketertiban anaknya dalam hal Ibadah, pengajian ini juga wujud dari pembinaan yang tak kenal menyerah bagi pengurus muda/i LDII. LDII Makin maju dengan generasi-generasi yang briliant, Beriman serta berwawasan luas.

Sekarang sudah tidak heran lagi kalau kita dengar sepasang pengantin dengan gelar MBA gelar prestisius dari luar negeri sepertinya, tapi sekarang sring di plesetkan dalam bahasa jawa menjadi (Married By Accident)  sungguh ironis ya..menikah karena kecelakaan alias hamil duluan. Ditinjau dari jumlah penduduk, Indonesia menempati lima besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini berbanding terbalik dengan fakta di atas. Jumlah pernikahan dengan gelar MBA juga tidak kalah banyaknya.

Ini merupakan tantangan bagi kita warga LDII, khususnya pengurus untuk mendidik, membina, serta mengawasi generasi penerus kita supaya tidak terbawa dalam pergaulan yang salah. apalagi sekarang jaman canggih, jaman kemajuan tekhnology yg luar biasa. Dengan sekali pencet kita sudah bisa terhubung dengan dunia maya alias INTERNET. Yang nota bene internet berisi milyaran bahkan triliyunan informasi yang berisi bermacam-macam informasi, baik yang positif information ataupun yang negatif information. Kalau generus kita tidak kita bekali dengan iman yang kuat niscaya mereka akan terjerumus kedalamnya. Yang akan menimbulkan pengaruh-pengaruh buruk kedalam generus yang kita bina ini. Internet bukan LAHAN, TV bukan LAHAN tapi yang lahan adalah ada di dalam hati dan kadar keimanan kita. Ibarat Pisau akan mendatangkan keburukan seandainya di pakai menodong, tapi pisau juga sangat bermanfaat di dapur ibu kita. Semua tergantung manusianya, apakah akan memanfaatkannya untuk kebaikan atau sebaliknya. Tidak jarang sekarang media INTERNET kita gunakan sebagai media dakwah contohnya: www.ldii.or.id, www.nuansaonline.net, www.jokambelitang.blogspot.com dan masih banyak lagi. Saya juga pernah membaca di Nuansa Persada kalau LDII DKI Jakarta pernah mengadakan Diklat Cyber Dakwah di Pan Pacific Hotel waktu itu. Kita sebagai warga LDII juga jangan sampai ketinggalan untuk memanfaatkan hal tersebut untuk Beramar makruf nahi munkar.

Oleh: Dedy Soedijarto

MENJADI SAKSI BERTEMPURNYA DOA DAN TAKDIR (cermin di TAHUN BARU

Assalamu laikum Wr.Wb

Ada orang sekuler yang mengatakan bahwa 'DOA' adalah bentuk ketidakberdayaan manusia..Kita jangan pernah percaya statement ngawur ini,karena Doa dalam Islam adalah justru upaya untuk mengubah ketidakberdayaan menjadi kekuatan baru.Coba simak sabda Nabi Muhammad SAW ; Doa itu senjata orang Iman,tiang agama,dan cahanya langit dan bumi (H.R.Hakim)
Dengan demikian,doa itu menjadi perisai kita dari segenap musibah.Jika perisai doa lebih kuat dari musibah,ia akan menolaknya,dalam hal ini mengubah takdir buruk menjadi baik..Tetapi jika musibah lebih kuat dari perisai doa kita,maka musibah akan menimpa kita.Dan apabila perisai doa seimbang dengan kekuatan musibah,maka keduanya akan bertarung....
Rasulullah SAW bersabda :
"Tidak ada gunanya waspada menghadapi takdir,namun doa bermanfaat menghadapi takdir sebelum dan sesudah ia turun.Dan sesungguhnya,ketika musibah itu ditakdirkan turun (dari langit),maka akan segera disambut oleh doa (dari bumi),lalu keduanya bertarung sampai hari kiamat" (H.R.Ahmad)
Makna dari sabda diatas intinya penegasan dari sabda Nabi SAW "Tidak ada yang bisa merubah Qodar kecuali Doa"..Meskipun takdir sudah diciptakan jauh sebelum kita dilahirkan,tapi kita diminta sebagai hambaNya untuk selalu berdoa agar takdir yang datang pada kita,sudah kita sambut dengan doa-doa yang selalu dan senantiasa kita panjatkan...Sehingga apabila takdir baik yang datang,maka dengan doa yang kita panjatkan,dengan sendirinya kita akan mampu mengemban amanat mendapat takdir yang baik...begitupun sebaliknya,bila meluncur takdir buruk/musibah datang dari Allah,kemudian sudah kita sambut dengan Doa yang kita panjatkan,maka kita akan kuat dan mampu mengembaan cobaaan/musibah yang diberikan.Jadi sebagai manusia,kita tidak bisa merekayasa Qodar,tapi kita bisa merubah qodar dengan kekuatan doa kita...Kita tidak ingin musibah jatuh dari pesawat,maka kita rekayasa dengan tidak naik pesawat seumur hidup kita,tapi kalau sudah takdirnya,bukan jatuh dari pesawat,tapi malah ketiban pesawat...Kita tidak mau anak kita jatuh dari motor,kemudian kita rekayasa dengan tidak memperbolehkan anak kita naik motor...benar dia tidak pernah jatuh sedang setir motor,tapi dia jatuh dibonceng motor,karena memang sudah takdirnya harus jatuh dari motor....Jadi sekali lagi kuncinya DOA...Kita harus menciptakan Doa menjadi sesuatu kekuatan,tapi bagaimana caranya?
Nah...ketika kita terimpit dan terlilit oleh problematika kehidupan,sesungguhnya yang dapat membuat kita bertahan adalah HARAPAN,dan yang menghilangkan energi hidup kita adalah saat kita kehilangan harapan itu.Maka dengan kita berdoa,sebenarnya kita sedang mendekati sumber dari semua kekuatan,dan apa yang segera terbangun dalam jiwa kita adalah harapan.harapan itulah yang akan membangunkan KEMAUAN...dan kemauan inilah yang akan berubah menjadi Azam(TEKAD).inilah gelombang jiwa yang dahsyat.Gelombang yang akan memberi daya dan energi yang dapat menggerakan raga kita untuk bertindak.kalau sudah seperti ini,yang kita perlukan hanyalah mempertemukan kehendak kita dengan kehendak Allah melalui Doa dan Tawakal...Fa idza azamta fa tawakal allallah (Al Imran 159)....Seperti itulah doa mempertemukan dua kehendak:Kehenak Allah dan kehendak manusia yang beriman...Itulah kekuatan Maha Dahsyat yang tidak ada satupun mahluk bisa mencegahnya bila kekuatan ini sudah bersatu....
Dengan petikan hadist di atas..ternyata kitalah orang iman yang menjadi pelaku dan sekaligus saksi bertemunya doa kita dengan takdir yang diturunkan Allah...Kita tinggal melihat satu persatu turunnya takdir yang sudah kita doakan...kita ikhlaskan takdir berjalan atas diri kita,kita yakini takdir ini adalah yang terbaik untuk kita...karena kita sudah maksimal berdoa kepada Nya...Pertanyaanya adalah sudah maksimalkah kita berdoa padaNya...Kalau belum,sekaranglah saatnya di tahun yang masih baru ini, kita asah doa kita,kita perbanyak doa kita,kita perkuat azam kita,setelah itu kita ikhlas dan tawakal atas semua takdir yang akan turun satu per satu di tahun ini,dan tahun tahun mendatang....Selamat Berjuang...
Wasalamu Alaikum Wr.Wb.

Oleh:Tito Irawan

Dalil-dalil Tentang Al Jama'ah

AL-JAMA’AH

A. Ta’rif

1. Ma’na menurut bahasa:

Asal kata:
جَمَعَ - يَجْمَعُ - جَمْعًا / جَمَاعَةً
artinya kumpulan atau himpunan. Jadi menurut bahasa Al-Jama’ah adalah kumpulan atau himpunan tertentu bukan sembarang himpunan atau kumpulan.

2. Ma’na menurut istilah:

Yang dimaksud dengan AL-JAMA’AH adalah JAMA’ATUL MUSLIMIN sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Khudzaifah bin Al-Yaman yang berbunyi:
...تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ...
“... Engkau tetap pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka ...”

Adapun yang dimaksud dengan Al-Jama’ah adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Shahabat Ali bin Abi Thalib, yang berbunyi:
اَلسُّنَّةُ وَاللهِ سُنَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلبِدْعَةُ مَا فَارَقَهَا وَ اَلْجَمَاعَةُ وَاللهِ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلحَقِّ وَإِنْ قَلُّوْا وَ اْلفُرْقَةُ مُجَامَعَةُ أَهْلِ اْلبَاطِلِ وَاِنْ كَثَرُوْا
“Demi Allah, sunnah itu adalah sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan bid’ah itu adalah apa-apa yang memperselisihinya. Dan demi Allah, Al-Jama’ah itu adalah berkumpulnya ahlul haq sekalipun mereka sedikit dan Firqoh itu adalah berkumpulnya ahlul bathil sekalipun mereka banyak.” (Hamisy Musnad Imam Ahmad bin Hambal: I/109)

B. PERINTAH MENETAPI AL-JAMA’AH

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(1) وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ {أل عمران:103}
(1) "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulunya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali ‘Imran:103 )

Penjelasan:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا
"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada pada tali Allah seraya ber-JAMA’AH, dan janganlah kamu berfirqah-firqah...” (QS.Ali Imran:103)

Kalimat “Al-Jama’ah” pada ayat ini artinya adalah berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), karena:

1. Sesuai dengan makna yang diberikan oleh para ahli Tafsir, di antaranya Abdullah bin Mas’ud, ia menye butkan bahwa yang dimaksud adalah “Al Jama’ah” (Tafsir Al-Qurthuby:III/159, Tafsir Jaami’ul Bayan:IV/21)

2. Adanya qorinah lafdziyah, yaitu WALA TAFARROQU setelah kalimat JAMI’AN, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah “Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka berfirqoh-firqoh.” (Tafsir Ibnu Katsir:I/189)

3. Az-Zajjaj berkata: “Kalimat JAMI’AN adalah dibaca nashab, karena menjadi HAAL.“ (Tafsir Zaadul Masir:I/433)

Maka artinya secara berjama’ah dalam berpegang teguh pada tali Allah. (Tafsir Abi Suud:II/66)

Tidak semua kalimat “JAMI’AN” dalam Al-Qur’an artinya “bersama-sama (berjama’ah / bersatupadu)”, seperti pula tidak semua kalimat “JAMI’AN” berarti “keseluruhan / semuanya”. Sedikitnya ada empat ayat dalam Al-Qur’an yang kalimat “JAMI’AN” harus diartikan “bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu)”, yaitu: surat Ali Imran:103, surat An-Nisa:71, surat An Nur:61 dan surat Al-Hasyr:14

Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:

(2) كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ .
2) “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka!” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama'ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(3) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
(3 “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara.
Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah:
1). Hendaklah kamu memper ibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,
2). Hendaklah kamu ber pegang-teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berfirqoh-firqoh,
3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu.
Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara;
1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya),
2). Menghambur-hamburkan harta benda,
3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad dalam Musnad Abu Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz Ahmad)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(4) أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
4) “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fi sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim!, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)

Umar bin Al-Khattab berkata:
(5) إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةً لَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلاَكًا لَهُ وَلَهُمْ
(5 “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepe mimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahte raan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.” (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(6)... فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ اْلقَاصِيَةِ
6) “...maka wajib atas kamu berjama’ah, karena sesungguhnya serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)

C. Rahmat Allah beserta Orang yang Berjama’ah

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(7) وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَهُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمُونَ مَا لَهُمْ مِنْ وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ {الشورى:8}
(7 "Dan kalau Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi Dia memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dan tidak pula seorang penolong.” (QS.Asy-Syuura:8)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(8) وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلاَ يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ . إِلاَّ مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنْ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ {هود:118-199}
8) “Jika Tuhanmu menghendaki tentu Dia menja dikan manusia umat yang satu tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu (keputu san-Nya) telah diputuskan. Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS.Hud:118-119)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(9) اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ
9) "Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsush Shohihah No.667)

D. Perpecahan itu Adzab

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(10) قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ{الأنعام:6}
(10 "Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan adzab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhati kanlah, betapa Kami mendatangkan kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya).” (QS.Al-An’am:65)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(11) إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ{الأنعام:159}
(11 "Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS.Al-An’am:159)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(12) وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِي. فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ. فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ{المؤمنون:52،53،54}
(12 "Dan sesungguhnya (agama) tauhid ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepadaKU. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka menjadi terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.” (QS.Al-Mu’minun:52,53, 54)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(13) اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ
(13 "Jama’ah itu rahmat dan firqoh itu adzab.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsus Shohihah No.667)

Mu’adz bin Jabal Radliallahu ‘anhu berkata:
(14) صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا صَلاَةً فَأَطَالَ فِيهَا فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَطَلْتَ الْيَوْمَ الصّلاَةَ قَالَ إِنِّي صَلَّيْتُ صَلاَةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ سَأَلْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لأُمَّتِي ثَلاَثًا فَأَعْطَانِي اثْنَتَيْنِ وَرَدَّ عَلَيَّ وَاحِدَةً سَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَهُمْ غَرَقًا فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَرَدَّهَا عَلَيَّ
(14) “Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat lalu beliau memanjangkannya, maka ketika telah selesai kami (para sahabat) bertanya: Ya Rasulullah pada hari ini engkau telah memanjang kan shalatnya.” Beliau menjawab: Sesungguhnya aku telah melaksanakan shalat dengan penuh suka dan duka, aku memohon kepada Allah Azza wa jalla tiga hal untuk ummatku, maka Dia memperkenankan yang dua hal dan menolak yang satu hal, aku memohon agar umatku tidak dikalahkan oleh musuh selain dari mereka (orang kafir), maka Allah memperkenankannya dan untuk tidak dibinasakan oleh banjir maka Allah memperkenankannya. Dan aku memohon kepada-Nya agar ummatku tidak berpecah belah tetapi Dia tidak memperkenankannya.” (HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majalah dalam bab Maa yakuunu minal fitan: II/464, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/409 No.2175. Lafadz Ibnu Majah)

E. Perpecahan itu perilaku orang-orang musyrik

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(15) مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَ تَكُونُوا مِنْ الْمُشْرِكِينَ . مِنْ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُون{الروم:31-32}
15) "Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah. Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS.Ar-Rum:31-32)

Yang dimaksud dengan kalimat “Jangan kamu termasuk orang-orang musyrik” disini adalah jangan menyerupai perbuatan mereka yang suka memecah belah agama, mengganti, merubah, mengimani sebahagian dan mengingkari sebahagian yang lain. (Tafsir Ibnu Katsir:III/418) Maka ayat ini memperingatkan kepada kaum muslimin supaya tidak mengikuti firqoh-firqoh seperti orang musyrik sebab telah jelas bahwa semuanya dalam kesesatan yang nyata (Tafsir Abi Su’ud:VII/61).
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(16) شَرَعَ لَكُمْ مِنْ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلاَ تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ{الشورى:13}
16) “Dia (Allah) telah mensyari’atkan bagi kamu tentang Ad-Dien, apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami (Allah) wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: “Tegakkanlah Ad-Dien dan janganlah kamu ber pecah-belah di tentangnya.” Berat bagi musyrikin menerima apa yang engkau serukan kepada mereka itu. Allah menarik kepada Ad-Dien itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petun juk kepada (Ad-Dien)-Nya orang yang kembali kepada-Nya.” (QS.Asy-Syura:13)

F. Al-Jama’ah itu Hizbullah

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(17) إِنَّمَا وَلِيُّكُمْ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ . وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْ الْغَالِبُونَ{المائدة:55،56}
17) “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (QS.Al-Maidah:55-56)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
(18) لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمْ اْلإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا اْلأَ نْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمْ الْمُفْلِحُونَ{المجادلة:22}
18) "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari padanya. Dan dimasukkannya mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS.Al-Mujadalah:22)

G. Ancaman meninggalkan Al-Jama’ah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(19) مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِي يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَ يَتَحَاشَى مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِي لِذِي عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ
(19) “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari Al-Jama’ah, maka ia mati laksana kematiannya orang Jahiliyah dan barangsiapa yang berperang di bawah bendera keashobiahan (kesukuan) dia marah karena kesukuannya atau mengajak kepada keashobiahan dan menolong karena keashobiyahannya lalu dia terbunuh maka kematiannya laksana kematian Jahiliyah dan barangsiapa yang keluar dari umatku kemudian memusuhi orang-orang yang baik maupun yang fajir di antara umatku dan tidak mengecualikan orang-orang yang beriman dari mereka dan tidak menepati kepada orang yang diberi janji yang ia telah berjanji kepadanya maka dia bukan dari umatku dan aku bukan dari golongan mereka.” (HR.Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim dalam Kitabul Imaaroh: II/135, Ahmad, Musnad Imam Ahmad bin Hambal:I/70, Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi:II/241, Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/241. Lafadz Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(20) لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ الثَّيِّبُ الزَّانِي وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ وَالتَّارِكُ لِدِينِهِ الْمُفَارِقُ لِلْجَمَاعَةِ
20) “Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena tiga hal; orang yang telah kawin yang berzina, qishoh (pembunuhan), dan orang yang meninggalkan agamanya yaitu orang yang memisahkan diri dari Jama’ah.” (HR.Muslim dari Abdullah, Shahih Muslim dalam Kitabul Qosamah wal muharibin: II/40, Ahmad, Musnad Ahmad: I/382, Abu Daud, Sunan Abu Daud: IV/126, Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah: II/847, An-Nasai Sunan An-Nasa’i: VII/90, At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:IV/12 dan Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi:II/218. Lafadz Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(21) إِنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ فَمَنْ رَأَيْتُمُوهُ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ أَوْ يُرِيدُ يُفَرِّقُ أَمْرَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَائِنًا مَنْ كَانَ فَاقْتُلُوهُ فَإِنَّ يَدَ اللَّهِ عَلَى الْجَمَاعَةِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ يَرْكُضُ
21) “Sesungguhnya akan ada setelahku kerusakan dan keburukan maka barangsiapa yang kamu melihatnya telah memisahkan diri dari Al Jama’ah atau hendak memecah belah urusan umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana dia berada maka bunuhlah ia. Maka sesung guhnya tangan Allah itu beserta Al-Jama’ah dan sesungguhnya syaitan itu akan sangat dekat bersama orang yang memisahkan diri dari Al Jama’ah.” (HR.An-Nasai, Sunan An-Nasai dalam Kitab Tahrimud Dam:VII/92, Muslim, Shahih Muslim:II/136 dan Ahmad, Fathurrobbani:XXIII/8. Lafadz An-Nasa’i)

H. Pahala menetapi Al-Jama’ah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(22) نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لاَ يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلاَصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ
(22 “Allah akan memberikan wajah yang cerah kepada seseorang yang mendengar sabdaku lalu memperhatikannya dan menghafalnya serta menyampaikannya. Maka bisa jadi seseorang menyampaikan itu kepada orang yang lebih faham.
Tiga hal yang hati seseorang muslim tidak akan dengki atasnya;
1) Ikhlas dalam beramal,
2) Menasehati Imaamul Muslimin dan
3) Menetapi Jama’ah Muslimin.
Maka sesungguhnya do’a mereka itu mengikuti dari belakang mereka.” (HR.At-Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul iIlmi:V/33 No.2656, Ad-Darimi, Sunan Ad-Dirimi:I/76)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(23) أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ زَادَ ابْنُ يَحْيَى وَعَمْرٌو فِي حَدِيثَيْهِمَا وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ ا ْلأ هْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ لِصَاحِبِهِ وَقَالَ عَمْرٌو الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لاَ يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلاَ مَفْصِلٌ إِلاَّ دَخَلَهُ
(23) “Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab itu berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan dan sesungguhnya umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang tujuh puluh dua golongan di dalam neraka sedang yang satu di dalam surga, yaitu Al-Jama’ah dan sesungguhnya akan ada dari ummatku beberapa kaum yang dijangkiti oleh hawa nafsu sebagaimana menjalarnya penyakit anjing gila dengan orang yang dijangkitinya, tidak tinggal satu urat dan sendi ruas tulangnya, melainkan dijangkitinya.” (HR. Abu Dawud dari Muawiyah bin Abi Sofyan, Sunan Abu Dawud dalam Kitabus Sunnah:IV/198 No.4597, Ahmad, Musnad Ahmad:III/145-IV/102 Lafadz Abu Dawud)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(24) افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ الْجَمَاعَةُ
(24 “Orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan masuk syurga sedangkan yang tujuh puluh golongan masuk ke dalam neraka, dan orang orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu masuk ke dalam neraka sedangkan yang satu golongan masuk ke dalam syurga. Demi dzat yang diri Muhammad ada di genggaman-Nya niscaya umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, maka yang satu golongan masuk ke dalam surga sedang yang tujuh puluh dua golongan masuk ke dalam neraka, ditanyakan kepada Rasulullah: Siapakah mereka itu (golongan yang masuk ke dalam syurga)? Beliau bersabda: “Al-Jama’ah.” (HR.Ibnu Majah dari Auf bin Malik, Sunan Ibnu Majah dalam Kitabul Fitan:II/479 dan At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi:V/2641, Lafadz Ibnu Majah)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(25) أُوصِيكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلاَ يُسْتَحْلَفُ وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلاَ يُسْتَشْهَدُ أَلاَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إلاَّكَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ اْلإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكُمُ الْمُؤْمِنُ
(25 “Aku wasiatkan kepada kamu untuk berbuat baik kepada para sahabatku, kemudian kepada generasi yang setelah mereka dan kemudian pada generasi yang setelahnya, kemudian setelah itu akan tersebar kebohongan sehingga seseorang akan bersumpah sedangkan dia tidak diminta untuk bersumpah dan akan memberikan kesaksian sedangkan ia tidak diminta kesaksiannya. Ingatlah tidaklah sekali-kali seorang laki-laki bersepi sepian dengan seorang wanita (yang bukan muhrimnya), kecuali yang ketiganya itu syaitan, maka wajib atas kamu berjama’ah dan jauhilah berfirqoh-firqoh karena sesungguhnya syaitan itu berserta orang yang sendirian dan dia akan menjauh dari dua orang. Barangsiapa yang menginginkan bangunan di syurga, maka hendak lah menetapi Al-Jama’ah dan barangsiapa yang kebaikannya menjadikan ia gembira dan kejelek kannya menjadikan ia sedih maka itulah tanda orang yang beriman.” (HR.At-Tirmidzi dari Umar bin Al-Khattab, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Fitan:IV/404 No.2165 dan Ahmad, Musnad Ahmad:I/18, Lafadz At-Tirmdzi)

I. Periodisasi Masa Kekhilafahan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(26) تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
(26 ”Adalah masa Kenabian itu ada di tengah tengah kamu sekalian, adanya atas kehendaki Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehandak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan ‘Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia meng hendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah).”Kemudian beliau (Nabi) diam.” (HR.Ahmad dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/273, Al-Baihaqi, Misykatul Mashobih hal 461. Lafadz Ahmad).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(27) الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ وَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ خِلاَفَةَ عَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ بَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُو الزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ
(27 “Masa pada ummatku itu tiga puluh tahun kemudian setelah itu masa kerajaan. Kemudian Safinah berkata kepadaku: peganglah kekhalifahan Abu Bakar, kekhalifahan Umar, kekhalifahan Utsman dan kekhalifahan Ali. Maka aku dapatinya masa kekhalifahan itu tiga puluh tahun, Said berkata: “Saya bertanya kepadanya, sesungguhnya Bani Umayyah mengaku bahwa masa kekhalifahan itu ada pada mereka.” Ia berkata: “Banu Zurqo telah berdusta bahkan mereka itu para raja dari seburuk-buruk raja.” (HR.At Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi dalam Kitabul Fitan:IV/436 No.2226 dan Abu Dawud, Sunan Abu Dawud:IV/211 No.4646, Lafadz At-Tirmidzi)

Amalan Andalan: Mencari Wajah Alloh

“Ya Allah, hamba seorang penggembala, mempunyai orang tua, isteri, dan anak-anak. Setiap hari hamba memerah susu, lalu memberikannya kepada orang tua hamba dulu, baru kepada yang lainnya.”
“Suatu hari hamba mencari kayu bakar ke tempat yang jauh. Sekembalinya, seperti biasanya hamba tetap memerah susu. Karena kemalaman, ketika hamba menghaturkannya, kedua orang tua hamba sudah tertidur” seorang lelaki yang terperangkap didalam gua yang lubangnya tertutup oleh sebongkah batu besar, laporan kepada Alloh.
“Walaupun anak-anak hamba yang masih kecil-kecil menangis semalaman karena kelaparan, hamba tidak memberikan susu itu kepada mereka sampai pagi hari ketika orang tua hamba bangun. Setelah kedua orang tua hamba meminumnya, barulah hamba berikan susu itu kepada anak-anak hamba.”
Kisah luar-biasa, yang hanya laki-laki yang prima dalam hal birrul waalidaini ~ hormat kepada orang-tua yang bisa melakukan Amdal (Amalan Andalan) seperti itu. Sekarang simak kisah berikut, yang dilaporkan kepada Alloh oleh laki-laki kedua:
“Ya Alloh, hamba punya sepupu anak paman yang cantik, dan hamba mencintainya. Ketika hamba memintanya untuk melayani hamba, dia menolak, dan baru bersedia jika hamba bisa memberinya 100 dinar. Lalu hamba bekerja keras sampai uang terkumpul. Ketika hamba memberikan uang itu kepadanya, dan hamba sudah diatas tubuhnya, sepupu hamba itu berkata: Wahai Hamba Alloh, takutlah kepada-Nya. Janganlah engkau lakukan perbuatan nista. Lalu hamba pun membatalkan niat hamba, dan meninggalkannya.”
Lagi-lagi kisah luar biasa yang hanya laki-laki yang yahud keimanannya dan mampu mengendalikan diri yang bisa melakukan Amdal seperti itu. Sekarang simak kisah Amdal unik tentang majikan super jujur, yang dilaporkan oleh laki-laki terakhir, ketiga:
“Ya Alloh, hamba punya pegawai. Sebelum sempat upahnya hamba berikan, pegawai itu keburu pergi. Upah itu kemudian hamba jadikan modal usaha sampai terwujud seekor sapi. Ketika kemudian pegawai itu datang untuk meminta upahnya, hamba serahkan sapinya. Pegawai itu marah karena menyangka hamba mempermainkannya. Hamba katakan, itu adalah upahmu yang dulu tidak sempat diambil dan diputar menjadi usaha dan sapi itu adalah hasilnya. Ambillah. Lalu pegawai itu membawa pergi sapinya”
Pasca melaporkan Amdal, mereka lalu berdo’a: Fain kunta ta’lamu annii fa’altu dzaalika ibtighooa wajhika ... ~ Maka jika Engkau tahu bahwa sesungguhnya hamba berbuat demikian itu untuk mencari Wajah-Mu ... bukalah mulut gua ini. Pertolongan Alloh yang tidak terduga, terjadi! Setelah setiap orang selesai berdoa, batu bergeser. Setelah bergeser 3 kali, sedikit demi sedikit, akhirnya gua menjadi terbuka, dan ketiganya bisa keluar.
Kisah Amdal 3 laki-laki ini bukanlah kisah sembarang kisah, karena kisah itu disampaikan oleh Rosululloh Shollalloohu ‘Alaihi Wasallaam, dan diriwayatkan di hadits Sohih Bukhori. Ooo, alangkah nikmat memiliki Amdal yang bisa dipakai untuk laporan, lalu berdo’a ...
Pernahkah seorang isteri mengalami masa ketika langit serasa pecah, bintang serasa berjatuhan, ringkasnya serasa kiamat dah, gara-gara tingkah suami yang sesungguhnya tidak maksiat tetapi sangat membencikan? Nyebelin! Tetapi isteri tadi tetap sabar, istiqomah ~ konsisten dengan ke WWW (Wildest Wanted Woman) annya? Tetap takdzim kepada suami?
Pernahkah seorang ayah mengalami masa ketika gunung serasa beterbangan, laut serasa dikeringkan, ringkasnya serasa kiamat juga dah, gara-gara di boikot anak-isteri atas perbuatan yang sesungguhnya menjadi fitrah laki-laki? Ngeselin! Tetapi ayah tadi tetap sabar, istiqomah ~ konsisten dengan ke MMM (Most Mature Man) annya? Tetap dewasa dan nasihat ngatur adil bil ma’ruf kepada keluarganya?
Pernahkah menyerahkan waktu, tenaga, pikiran dan harta habis-habisan demi agama Alloh? Pernahkah melaksanakan hijrah yang sangat berat? Hijrah (pindah jurusan) kuliah, hijrah (pindah) bekerja, hijrah (mengungsi) tempat tinggal, hijrah (say goodbye to:) pacaran demi kecintaan kepada Alloh? Itulah Amdal yang tidak setiap saat bisa -dan setiap orang mampu- melakukannya, sebagaimana amalan luar biasa yang dilakukan oleh 3 orang yang terperangkap di gua tadi.
Bulan-bulan ini majelis-majelis ta’lim dimana-mana sedang mengkaji Amdal berupa amalan ringan yang bisa dikerjakan setiap orang, tetapi dikerjakan secara konsisten dan persisten. Suatu ketika Nabi bertanya kepada Bilal, mempunyai amalan apakah gerangan Bilal sehingga Nabi mendengar suara sandal Bilal disorga, padahal Bilalnya sendiri masih hidup! Jawab Bilal, mengerjakan solat sunnat setiap setelah selesai wudlu. Jadi marilah memiliki Amdal dengan menjadi ahli solat (sunnat), dan atau ahli puasa (sunnat), dan atau ahli sodaqoh, dan atau ahli membaca Al-Quran, dan atau ahli dzikir, dsb.
Tapi, sssssttt...! Jangan sampai Amdal dicerita-ceritakan, loh. Bisa-bisa malah mendatangkan Adzab Alloh gara-gara riya, sebagaimana pemilik Amdal sodaqoh tetapi ternyata ingin disebut dermawan, pemilik Amdal berperang tetapi ternyata ingin disebut pahlawan, dan pemilik Amdal ilmunya banyak tetapi ternyata ingin disebut pintar. Kalau sudah begitu, Amdal bisa berubah menjadi Amtal (Amalan Batal)
Pernahkah dengar: “Dinda setia kepada Kanda, tapi kenapa loe tidak loyal ama gue?.” atau kalimat sebangsanya? Pernahkah dengar: “Aku sudah berbuat baik, tapi mannna balasannnmu?” atau kalimat sebangsanya?. Itulah kalimat yang melanggar ayat: Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa tubtilu shodaqootikum bil manni wal adza ~ hai orang-orang beriman, jangan kau batalkan shodaqohmu dengan mengundat-undat kebaikan dan menyakiti. Jadi beda Amdal dengan Amtal sangat tipis. Batasnya lisan yang mengajak undat-undat dan kereteg hate ~ bisikan hati yang mengajak riya. Na’uudzu billaahi min dzaalika...
So, carilah Amdal! Jika belum punya, segera buatlah Amdal! Lalu jagalah Amdal jangan sampai menjadi Amtal. Sebab punya apa diri ini untuk negosiasi dengan-Nya selain Amdal yang dengannya mencari Wajah-Nya, lalu berdo’a, sebagaimana yang dikisahkan Nabi-Nya? Fa-aina Tadzhabuun?
Oleh: Teddy Suratmadji